Tuesday, August 31, 2010

Waiting Moment with God

Menunggu adalah sesuatu yang tidak disukai oleh manusia. Kita sungguh beruntung sudah hidup di zaman yang serba mudah dimana semua serba instan.

Tahukah anda bahwa kalau kita memesan pizza di Alaska, pizza tersebut baru sampai 3 hari kemudian? Atau tahukah kita mungkin leluhur kita memerlukan prinsip menanam atau membunuh untuk bisa makan? Atau mungkin zaman dahulu untuk mengirim surat, berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk mengirim surat dan mendapatkan balasannya? Mungkin bisa berhari-hari, berminggu-minggu atau mungkin berbulan-bulan.

Saat ini kenyataannya kita bahkan tidak sabar untuk bisa menunggu 45 detik di Microwave supaya makanan itu siap, kita tidak sabar untuk menunggu lampu merah menjadi hijau, kita bahkan tidak mau menunggu lawan bicara kita menyelesaikan kalimatnya. Tidak ada seorang pun yang suka menunggu. Mungkin kita menunggu promosi, mungkin kita menunggu jodoh kita. Apapun itu, menunggu itu sesuatu yang sangat tidak disukai oleh manusia.

Tuhan Yesus disalibkan pada hari Jumat, dan kemudian bangkit pada hari Minggu. Pertanyaannya, apa yang terjadi pada hari Sabtu? Itu yang seringkali terjadi pada kehidupan kita, mungkin ini adalah Jumat kelabu bagi kita, mungkin pada hari Jumat kita divonis kanker, kita dipecat, kita ditinggalkan oleh pasangan, dan mungkin pada hari Minggunya kita divonis sudah sembuh, kita menerima pekerjaan yang lebih baik, kita mendapatkan seseorang yang lebih baik, tetapi pertanyaannya, APA YANG ANDA LAKUKAN PADA HARI SABTU? yang Anda lakukan adalah MENUNGGU.

--------------------------------------------------------------------------

Apa yang bisa kita lakukan saat proses menunggu ini? Ada 3 hal yang bisa kita pelajari disini.

1. Keep Learning and Doing ... (With Expectation!)
Waiting / menunggu itu hanyalah sebuah kata, bukan sebuah tindakan pasif yang harus kita lakukan. Kita tidak diperbolehkan hanya diam dan tidak melakukan apa-apa, tetapi kita harus melanjutkan hidup, bekerja, dan belajar.

Contohnya :
Ada seorang pemuda yang melamar ke sebuah perusahaan telegraph / kode morse. ia masuk ke perusahaan itu dan ia dapat melihat di belakang resepsionis itu ada bunyi kode-kode telegraph dan orang-orang yang bekerja dengan mesin telegraph / kode morse itu. setelah mengisi formulir yang diserahkan, ia dipersilahkan duduk dan menunggu bersama 7 orang yang lainnya yang ikut melamar, dan bunyi-bunyi telegraph itu terus saja terdengar selama pemuda dan 7 orang itu menunggu.

Tidak lama kemudian, pemuda ini beranjak dari tempat duduknya dan melangkah masuk ke dalam ruangan berikutnya, tentu saja 7 orang pelamar lainnya bingung dan menunggu si pemuda tersebut terkena masalah karena berani masuk ke dalam ruangan lainnya. tidak lama berselang, si pemilik perusahaan berkata kepada 7 pelamar itu "Maaf, lowongan sudah terisi oleh pemuda ini."

Apa yang terjadi? ke-7 orang pelamar itu marah besar kepada si pemilik perusahaan dan tidak terima "Bagaimana si pemuda itu bisa diterima? kami sudah menunggu lebih lama dari dia? ini tidak adil!" Dengan tenang si pemilik perusahaan mengatakan "Saudara-saudara, selama anda sekalian menunggu untuk mengisi lowongan bekerja di perusahaan telegraph ini, pemuda ini dapat menginterpretasikan arti dari bunyi-bunyi kode morse ini yang berkata "Apabila anda dapat mengartikan kode ini, silahkan masuk ke ruangan berikutnya" dan pemuda ini masuk keruangan berikutnya, berarti ia mengerti akan apa yang ia tunggu.

Ini bukanlah soal berapa lama kita menunggu, tetapi APA YANG KITA LAKUKAN DALAM PENANTIAN KITA.

Kita bisa belajar banyak dari cerita Yusuf. Awalnya Yusuf memiliki mimpi bahwa ia akan memiliki otoritas yang lebih tinggi daripada kakak-kakaknya dan kakak-kakaknya akan bersujud di hadapan Yusuf. Dan bodohnya ia menceritakan mimpinya kepada kakak-kakaknya yang memang tidak menyukai dia dan akhirnya ia dijual sebagai budak oleh kakaknya.

Dari kitab kejadian 39:1-6, kita dapat mengetahui bahwa Yusuf dibeli oleh seorang mesir bernama Potifar. Apa yang dilakukan Yusuf saat ia dijual? Mungkin ia ketakutan, mungkin ia berkata kepada kakak-kakaknya "Jangan lakukan ini kak! Jangan jual saya". Tetapi tetap Yusuf dijual.

Saat Yusuf saat ia dibeli oleh Potifar, ia tidak berdiam diri dan memaki-maki Potifar dengan berkata "Saya ini orang berada, ayah saya orang berada", tetapi apa yang dilakukan yusuf? dari kitab Kejadian ini kita dapat mengetahui, Yusuf tidak mengeluh, tetapi ia MENGERJAKAN tugasnya sebagai budak dan dikatakan bahwa Tuhan menyertainya sehingga ia BERHASIL dalam setiap pekerjaannya.

Dalam kejadian 39:22-23, dikatakan Yusuf pun tidak berdiam diri saat ia dipenjara karena difitnah oleh istri Potifar saat ia digoda. Mungkin keadaan terlihat tidak mengenakkan tetapi justru sebaliknya ia NAIK JABATAN dari hanya mengurus rumah potifar menjadi mengurus penjara yang penuh dengan orang-orang marah. Yusuf tidak berkata "Wah, saya difitnah oleh istri Potifar, saya tidak bersalah”

Yusuf bisa saja menggerutu akan semua hal yang terjadi kepada dirinya, tetapi ia tidak melakukan hal itu. jadi itulah yang kita harus lakukan, kita tidak boleh hanya diam, menggerutu, tetapi kita harus tetap aktif. Waiting is a learning process. Banyak hal yang bisa kita lakukan, kita pelajari dalam proses menunggu. Kita bisa memilih apa yang kita lakukan selama proses menunggu, apakah menggerutu? Atau belajar? terserah Anda.


2. Patience and Faith
kata PATIENCE/SABAR adalah kunci disini. banyak orang merasa dirinya hancur saat disuruh bersabar, banyak orang tidak menyukai bersabar. Ketahuilah bahwa menunggu itu tidak menghancurkan kita, melainkan memberi kita kekuatan lebih lagi. Dan kenyataannya, banyak hal yang kacau terjadi karena ketidaksabaran kita.

Mari kita lihat contohnya di 1 Samuel 13.
Raja Saul, yang mana adalah seorang raja dan juga panglima perang mengalahkan pasukan Filistin dan ia memiliki beribu-ribu tentara. tugasnya adalah memimpin dan juga berperang melawan musuhnya. dan nabi Samuel adalah seorang nabi yang bertugas untuk memberikan korban bakaran kepada tuhan sebelum raja Saul pergi berperang.

Dalam pasal 11-14, dicatat bahwa raja Saul, karena ketidaksabarannya, membuat Allah murka, dicatat bahwa suatu ketika pasukan Filistin sudah hampir mendekati kerajaan Saul, dan karena biasanya kemenangan selalu didapati Saul apabila Samuel sudah melakukan korban bakaran, namun kali ini Samuel tidak kelihatan sama sekali, sedangkan di satu sisi, pasukan raja Saul sudah berpencar-pencar karena ketakutan, maka dengan tidak sabarnya, Saul mengambil posisi Samuel untuk melakukan korban bakaran. dan tidak lama setelah saul melakukan korban bakaran, samuel datang dan mengetahuinya. dan akhirnya Saul pun kehilangan semuanya hanya karena ketidaksabarannya.

Ingatlah bahwa KESABARAN itu adalah COBAAN yang diberikan Tuhan kepada kita. Kita seringkali tergoda untuk mau mempercepat semuanya. We want something and we want it now. Banyak orang yang iri terhadap orang lain, padahal belum tentu apa yang ada di diri orang tersebut, kita mau melewatinya. Cobalah merasakan dan menikmati kesabaran kita.

Contohnya saat kita melakukan pijat/spa, apakah kita ingin pijat itu dipercepat sehingga cepat selesai? Tentu saja tidak bukan? Begitu pula apabila kita menikmati pertandingan sepak bola, apakah kita ingin pertandingan itu dipercepat? Tidak, kita ingin menikmati saat-saat itu.

--------------------------------------------------------------------------

Galatia 6:9
"(9) Janganlah kita jemu-jemu berbuat baik, karena apabila sudah datang waktunya, kita akan menuai, jika kita tidak menjadi lemah."

Apa maksudnya? Maksudnya adalah walaupun kita sedang dalam proses menunggu, sedang mengalami hari "Sabtu"-nya kita, kita tidak boleh berhenti. Kalau kita berhenti dan mungkin tidak sabar, kita tidak akan bisa sukses melihat apa yang Tuhan inginkan dari proses penantian kita. Waktu/time adalah sesuatu yang digunakan oleh Tuhan untuk mengetes kita, bukan sebaliknya. Tuhan yang memberikan kita waktu, bukan kita yang memberikan Tuhan waktu agar Ia mengabulkan permintaan kita.

Holly Wagner memiliki satu pertanyaan dari anak-anaknya ketika mereka sekeluarga melakukan perjalanan "Mom! are we there yet?" Padahal Holly melakukan perjalanan agar anak-anaknya belajar memperhatikan tanda-tanda rambu lalu lintas misalnya, agar anaknya dapat melihat hal-hal lain seperti pemandangan, suasana baru, alam dan lain sebagainya.

Dan itulah yang sering kita tanya kepada tuhan saat kita menunggu "GOD! ARE WE THERE YET?" Kita tidak peduli dengan tanda-tanda, kita tidak peduli dengan kebaikan-kebaikan Tuhan. Kita akan merasakan tuhan itu baik KETIKA ia menjawab permohonan kita, pertanyaan kita "GOD, ARE WE THERE YET" itu adalah tanda bahwa kita tidak dewasa / Immature.


3. Determine to see God in the middle of waiting .. Trust Him
Lihatlah Tuhan dan percayalah kepada Tuhan dalam setiap proses penantian Anda. Dalam cerita Yusuf, semua orang dapat melihat bahwa Yusuf diberkati oleh Allah, baik dari Potifar, petugas penjara hingga Firaun sendiri. Bahkan dicatat bahwa Firaun yang tidak percaya oleh tuhan mengakui bahwa Tuhan Allah itu hidup. Kalau Yusuf diberkati oleh Allah dalam penantian dia, tentu saja kita diberkati oleh Allah dalam penantian kita.

Dan hebatnya dalam cerita Yusuf, saat memang terjadi kelaparan di tanah Mesir dan saudara-saudaranya bersujud di hadapannya, saudara-saudaranya tidak mengenal dia, tetapi Yusuf yang sekarang bukanlah Yusuf yang naif. Ia menjadi pribadi yang lebih “dewasa.”

Ketahuilah setelah proses penantian kita mendapatkan apa yang kita mau, dari proses pembelajaran yang kita lalui selama menunggu, sadarilah kita bukan lagi pribadi yang sama yang meminta atau menunggu beberapa saat ke belakang, tetapi menjadi pribadi yang baru yang dapat melihat kemuliaan Tuhan saat kita mendapatkannya.

No comments:

Post a Comment